KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat karunia
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat pada waktunya.
Kami sebagai penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada para
dosen, rekan – rekan mahasiswa, serta seluruh pihak yang telah membantu
dalam Penyusunan makalah dengan judul “MACAM-MACAM SENYAWA KIMIA YANG
TERKANDUNG DALAM AIR LAUT” ini sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
Kami penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah
kedepannya.
Selain itu kami penulis mengharapkan sekiranya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca maupun penulis sendiri.
Kendari, Februari 2011
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Air laut adalah air murni yang didalamnya larut berbagai zat padat dan
gas. Zat terlarut meliputi garam-garam organik yang berasal dari
organisme hidup, dan gas-gas terlarut fraksi terbesar dari bahan
terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berwujud ion-ion. Enam
ion anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Ion-ion
ini adalah klor, natrium, belerang (sebagai sulfat), magnesium,
kalsium, dan kalium. Lima ion berikutnya menambah 0.71% berat, hingga
sebelas ion bersama-sama membentuk 99,99 % berat zat terlarut.
Diantara sisa (0,01%), dari zat-zat yang terlarut dalam air laut,
terdapat beberapa garam anorganik yang sangat penting artinya bagi
binatang-binatang laut. Termasuk ke dalamnya adalah nutrien, yaitu
fosfat dan nitrat, yang dibutuhkan tumbuh-tumbuhan untuk sintesis zat
organik dalam fotosintesis, dan silikon dioksida yang diperlukan diatom
dan radiolaria untuk membentuk cangkangnya.
Air laut terdiri dari 3,5% garam. Di dalam 3,5%wt garam terdiri dari :
a. Senyawa Klorida 55%wt
b. Senyawa sulfat 7,7%wt
c. Sodium 30,6%wt
d. Calcium 1,2%wt
e. Potassium 1,1%wt
f. Magnesium 3,7 %wt
g. Lain-lain 0,7%wt
Rasa asin air laut itu kurang lebih sama dengan rasa asin segelas air
yang telah kita tambah satu sendok makan garam. Kira-kira, air laut
mengandung garam dengan perbandingan semacam itu. Ilmuwan memperkirakan
jumlah garam yang terkandung di dalam air laut itu sebanyak 50 juta
milyar ton. Kalau dibayangkan, garam sebanyak ini jika di gelar di
seluruh permukaan bumi akan setinggi bangunan 45 lantai (sekitar 166
meter). Sesungguhnya laut merupakan larutan dari berbagai unsure
termasuk berbagai macam garam mineral, misalnya: Calcium, Magnesium,
Sodium, Potasium, Bikarbonat, Chlorida, Sulfat, dan Bromida. Secara
rerata, air laut mengandung garam sebanyak 3,5%. Artinya, setiap 1000
kilogram air laut mengandung 35 kilogram garam. Kandungan garam yang
tertinggi lautan ada di daerah 20 derajat Lintang Utara dan di daerah 20
derajat Lintang Selatan (3,6% permil). Kandungan garam terendah (3,1%)
berada di daerah khatulistiwa.
2. Tujuan
a. Menjawab Tugas Mata Kuliah yang telah diberikan
b. Menggambarkan secara singkat Macam-macam Senyawa Kimia yang terkandung dalam air laut
c. Memberikan Gambaran Jumlah kandungan senyawa kimia melalui hasil penelitian berupa jurnal
3. Manfaat
Dapat Menambah Wawasan Mahasiswa dalam memahami kandungan senyawa kimia pada air laut.
4. Ruang Lingkup
Pembahasan yang disajikan pada makalah ini menyangkut macam-macam senyawa kimia yang umumnya terkandung dalam air laut.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. MACAM-MACAM SENYAWA KIMIA DALAM LAUT
Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan
organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman
mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas,
titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa
tingkat, tetapi tidak menentukannya.Beberapa sifat (viskositas, daya
serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas.Dua
sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas)
adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%),
natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%)
dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam
borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut
adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi
lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman
dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah
untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga
salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu
klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai
jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua
halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses
kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.
1. Klorida
Klorida banyak ditemukan di alam, hal ini di karenakan sifatnya yang
mudah larut. Kandungan klorida di alam berkisar < 1 mg/l sampai
dengan beberapa ribu mg/ldi dalam air laut. Air buangan industri
kebanyakan menaikkan kandungan klorida demikian juga manusia dan hewan
membuang material klorida dan nitrogen yang tinggi. Kadar Cl- dalam air
dibatasi oleh standar untuk berbagai pemanfaatan yaitu air minum,
irigasi dan konstruksi.
Konsentrasi 250 mg/l unsure ini dalam air merupakan batas maksimal
konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin. Konsentrasi
klorida dalam air dapat meningkat dengan tiba-tiba dengan adanya kontak
dengan air bekas. Klorida mencapai air alam dengan banyak cara. Kotoran
manusia khususnya urine, mengandung klorida dalam jumlah yang kira-kira
sama dengan klorida yang dikonsumsi lewat makanan dan air. Jumlah ini
rata-rata kira-kira 6 gr klorida perorangan perhari dan menambah jumlah
Cl dalam air bekas kira-kira 15 mg/l di atas konsentrasi di dalam air
yang membawanya, disamping itu banyak air buangan dari industri yang
mengandung klorida dalam jumlah yang cukup besar.
Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi
manusia. Klorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfectan. Unsur
ini apabila berikatan dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin
(Sutrisno.T, 2004).
2. Kalium
Dalam air laut, jumlah Kalium jauh lebih sedikit daripada jumlah
Natrium, tetapi di dalam batuan endapan jumlah Kalium lebih banyak
dibandingkan jumlah Natrium. Bukti tertentu menjelaskan bahwa sel-sel
kehidupan bertanggung jawab terhadap pengambilan Kalium dari laut dalam
jumlah besar. Organisme-organisme laut mengabsorpsi Kalium ke dalam
sel-sel tubuh mereka. Apabila organisme-organisme ini mati, mereka akan
menyatu dengan batu-batuan di dasar laut bersama Kaliumnya.
Apabila kadar Kalium darah meningkat lebih dari 3-4 kali nilai normal,
maka denyut jantung akan terhenti. Peningkatan sedikit lagi akan
mengakibatkan saraf berhenti menyampaikan impuls-impuls listrik dan
otot-otot menjadi lumpuh. Apabila 6% saja dari Kalium di dalam sel
dibiarkan terlepas dengan cepat ke dalam rongga luar sel, maka organisme
akan segera mati. Untunglah hal itu tidak terjadi dalam keadaan normal.
Pengendalian kesetimbangan ion Na-K dibantu oleh adanya pompa ion yang
beroperasi. ATP menarik kembali ion K yang keluar dari sel. Kadar ion K
di luar sel pada tumbuhan relatif lebih tinggi daripada kadar ion K
dalam sel hewan. Unsur Kalium juga diperlukan untuk proses fotosintesis.
Kalium merupakan ion bermuatan positif (kation) utama yang terdapat di
dalam cairan intrasellular (ICF) dengan konsentrasi ±150 mmol/L. Sekitar
90% dari total kalium tubuh akan berada di dalam kompartemen ini.
Sekitar 0.4% dari total kalium tubuh akan terdistribusi ke dalam ruangan
vascular yang terdapat pada cairan ekstraselular dengan konsentrasi
antara 3.5-5.0 mmol /L. Konsentrasi total kalium di dalam tubuh
diperkirakan sebanyak 2g/kg berat badan. Namun jumlah ini dapat
bervariasi bergantung terhadap beberapa faktor seperti jenis kelamin,
umur dan massa otot (muscle mass). Kebutuhan minimum kalium diperkirakan
sebesar 782 mg/hari. Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam
menjaga keseimbangan cairan-elektrolit dan + + keseimbangan asam basa.
Selain itu, bersama dengan kalsium (Ca ) dan natrium (Na ), kalium akan
berperan dalam transmisi saraf, pengaturan enzim dan kontraksi otot.
Hampir sama dengan natrium, kalium juga merupakan garam yang dapat
secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan kalium yang terdapat
di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat
3. Fosfat
Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme
untuk pertumbuhan dan sumber energi. Fosfor di dalam air laut, berada
dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Dalam bentuk senyawa
organik, fosfor dapat berupa gula fosfat dan hasil oksidasinya,
nukloeprotein dan fosfo protein. Sedangkan dalam bentuk senyawa
anorganik meliputi ortofosfat dan polifosfat. Senyawa anorganik fosfat
dalam air laut pada umumnya berada dalam bentuk ion (orto) asam fosfat
(H3PO4), dimana 10% sebagai ion fosfat dan 90% dalam bentuk HPO42-.
Fosfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan protein dan
membantu proses metabolisme sel suatu organisme (Hutagalung et al,
1997).
Sumber fosfat diperairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua
adalah sungai. Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber
fosfat daratan lainnya, sehingga sumber fosfat dimuara sungai lebih
besar dari sekitarnya. Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai
menjadi senyawa ionisasi, antara lain dalam bentuk ion H2PO4-, HPO42-,
PO43-. Fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton dan seterusnya masuk kedalam
rantai makanan. Senyawa fosfat dalam perairan berasal daari sumber alami
seperti erosi tanah, buangan dari hewan dan pelapukan tumbuhan, dan
dari laut sendiri. Peningkatan kadar fosfat dalam air laut, akan
menyebabkan terjadinya ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang
akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum
fosfat untuk pertumbuhan plankton adalah 0,27 – 5,51 mg/liter
(Hutagalung et al, 1997).
Fosfat dalam air laut berbentuk ion fosfat. Ion fosfat dibutuhkan pada
proses fotosintesis dan proses lainnya dalam tumbuhan (bentuk ATP dan
Nukleotid koenzim). Penyerapan dari fosfat dapat berlangsung terus
walaupun dalam keadaan gelap. Ortofosfat (H3PO4) adalah bentuk fosfat
anorganik yang paling banyak terdapat dalam siklus fosfat. Distribusi
bentuk yang beragam dari fosfat di air laut dipengaruhi oleh proses
biologi dan fisik. Dipermukaan air, fosfat di angkut oleh fitoplankton
sejak proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas 0,3 µm akan
menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesies fitoplankton.
Untuk konsentrasi dibawah 0,3 µm ada bagian sel yang cocok menghalangi
dan sel fosfat kurang diproduksi. Mungkin hal ini tidak akan terjadi di
laut sejak NO3 selalu habis sebelum PO4 jatuh ke tingkat yang kritis.
Pada musim panas, permukaan air mendekati 50% seperti organik-P. Di laut
dalam kebanyakan P berbentuk inorganik. Di musim dingin hampir semua P
adalah inorganik. Variasi di perairan pantai terjadi karena proses
upwelling dan kelimpahan fitoplankton. Pencampuran yang terjadi
dipermukaan pada musim dingin dapat disebabkan oleh bentuk linear di air
dangkal. Setelah musim dingin dan musim panas kelimpahan fosfat akan
sangat berkurang.
Fosfor berperan dalam transfer energi di dalam sel, misalnya yang
terdapat pada ATP (Adenosine Triphospate) dan ADP (Adenosine
Diphosphate). Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam
ortofosfat adalah bentuk fosfor yang paling sederhana di perairan.
Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami
hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat
dimanfaatkan sebagai sumber fosfat. Setelah masuk kedalam tumbuhan,
misalnya fitoplankton, fosfat anorganik mengalami perubahan menjadi
organofosfat. Fosfat yang berikatan dengan ferri [Fe2(pO4)3] bersifat
tidak larut dan mengendap didasar perairan. Pada saat terjadi kondisi
anaerob, ion besi valensi tiga (ferri) ini mengalami reduksi menjadi ion
besi valensi dua (ferro) yang bersifat larut dan melepaskan fosfat
keperairan, sehingga meningkatkan keberadaan fosfat diperairan (Effendi
2003)
Secara rinci perputaran campuran organik –P yang ditunjukkan di
permukaan air secara garis besar tidak diketahui. Sepenuhnya adalah
larutan inorganik fosfor seperti hasil ionisasi pada H3PO4
H3PO4->H+ + H2PO4
H3PO4->H+ + HPO42-
H3PO4->H+ + PO43-
Pecahan pada bentuk ini dibatasi oleh pH dan komposisi pada air.
Ionisasi konstan untuk tiga tahap penguraian dapat didefinikan sebagai :
K1 = [H+] [H2PO4] [H3PO4]
K2 = [H+] [HPO42-] [H2PO4-]
K3 = [H+] [PO33-] [HPO42-
Banyak sumber fosfat yang di pakai oleh hewan, tumbuhan, bakteri,
ataupun makhluk hidup lain yang hidup di dalam laut. Misalnya saja
fosfat yang berasal dari feses hewan (aves). Sisa tulang, batuan, yang
bersifat fosfatik, fosfat bebas yang berasal dari proses pelapukan dan
erosi, fosfat yang bebas di atmosfer, jaringan tumbuhan dan hewan yang
sudah mati. Di dalam siklus fosfor banyak terdapat interaksi antara
tumbuhan dan hewan, senyawa organik dan inorganik, dan antara kolom
perairan, permukaan, dan substrat. Contohnya beberapa hewan melepaskan
sejumlah fosfor padat di dalam kotoran mereka.
Dalam perairan laut yang normal, rasio N/P adalah sebesar 15:1. Ratio
N/P yang meningkat potensial menimbulkan blooming atau
eutrofikasiperairan, dimana terjadi pertumbuhan fitoplankton yang tidak
terkendali. Eutrofikasi potensial berdampak negatif terhadap lingkungan,
karena berkurangnya oksigen terlarut yang mengakibatkan kematian
organisme akuatik lainnya (asphyxiation), selain keracunan karena zat
toksin yang diproduksi oleh fitoplankton (genus Dinoflagelata).
Fitoplankton mengakumulasi N, P, dan C dalam tubuhnya, masing – masing
dengan nilai CF (concentration factor) 3 x 104 untuk P, 16(3 x 104)
untuk N dan 4 x 103 untuk C (Sanusi 2006).
4. Nitrogen
Nitrogen dalam air terjadi dalam berbagai bentuk senyawa. Nitrogen yang
terbanyak dalam bentuk N-molekuler (N2) yang berlipat ganda jumlahnya
daripada nitrit (NO2) atau nitrat (NO3), tetapi tidak dalam bentuk yang
berguna bagi jasad hidup (Davis, 1986).
Nitrogen memegang peranan kritis dalam siklus organic dalam menghasilkan
asam-asam amino yang membuat protein. Dalam siklus nitrogen,
tumbuh-tumbuhan menyerap N-anorganik dalam salah satu gabungan atau
sebagai nitrogen molekuler. Tumbuh-tumbuhan ini membuat protein yang
kemudian dimakan hewan dan diubah menjadi protein hewan. Jaringan
organic yang mati diurai oleh berbagai jenis bakteri, termasuk
didalamnya bakteri pengikat nitrogen yang mengikat nitrogen molekuler
menjadi bentuk-bentuk gabungan (NO2, NO3, NH4) dan bakteri denitrifikasi
yang melakukan hal sebaliknya. Nitrogen lepas ke udara dan diserap dari
udara selama siklus berlangsung. Jumlah nitrogen yang tergabung dalam
mineral dan mengendap di dasar laut tidak seberapa besar (Romimohtarto
dan Juwana, 2001). Pola sebaran nitrogen di Samudera Atlantik, Pasifik
dan Samudera India tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (Gambar
2) (Davis, 1986).
Sebaran menegak dari bentuk-bentuk gabungan nitrogen berbeda di laut.
Nitrat terbanyak terdapat di lapisan permukaan, ammonium tersebar secara
seragam, dan nitrit terpusat dekat termoklin. Interaksi-interkasi
antara berbagai tingkat nitrogen organic dan bakteri sedemikian rupa
sehingga pada saat nitrogen diubah menjadi berbagai senyawa anorganik,
zat-zat ini sudah tenggelam di bawah termoklin. Hal ini menimbulkan
masalah bagi penyediaan nitrogen karena termoklin merupakan penghalang
bagi migrasi menegak unsur-unsur ini dan kenyataannya persediaan
nitrogen akan menjadi faktor pembatas bagi produktivitas di laut.
5. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat
dalam satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi
udara melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil
dari proses fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut
merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui
gerakan masssa air serta merupakan indikator yang peka bagi
proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut bervariasi
tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer.
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan
musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan
(turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah
(effluent) yang masuk ke badan air. Selain itu, kelarutan oksigen dan
gas-gas lain berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar
oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di
perairan tawar. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi
oksigen sekitar 10.
Menurut Boyd (1990), jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme
akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan,
aktivitas, suhu, dan lain-lain. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat
menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan. Menurut Swingle
dalam Boyd (1982), bila dalam suatu kolam kandungan oksigen terlarut
sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l, maka proses reproduksi dan
pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik. Pada perairan yang
mengandung deterjen, suplai oksigen dari udara akan sangat lambat
sehingga oksigen dalam air sangat sedikit.
Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan
hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua
mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya
termasuk mikroorganisme seperti bakteri.Oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup inilah beberapa manfaatnya
:
• Untuk pernapasan
• proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
• oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
• Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup
dalam perairan tersebut.
Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas
perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan
reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan
khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik.
Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan
organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada
akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik,
oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi
lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan
reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk
membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun
secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan
industri dan rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi
bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak
beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti
mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun
rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena
peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum
dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya.
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
- kekeruhan air,
- suhu,
- salinitas,
- pergerakan massa, air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.
Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya
suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan
permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi
antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan
bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut,
karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada
banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi
tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk
ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu
yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan
yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut.Kandungan
oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan
tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut
minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya,
kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8
jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH
menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk
kepentingan wisata bahari dan biota laut.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/
liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5
ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya
lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan
organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk
mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi
karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang
dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang
akan mati. Lalu apakah penyebab bau busuk dari air yang tercemar? Bau
busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses
penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.
6. Magnesium
Magnesium hidroksida umum diproduksi dengan proses pengendapan dari
lautan magnesium dan proses pengendapan dari air laut. Senyawa ini
banyak digunakan di industri farmasi/obat dalam sediaan obat maag dan
obat lainnya, sedangkan di industri kimia banyak digunakan dalam proses
pemurnian gula, pengeringan produk makanan, bahan tambahan residu minyak
baker.
Manfaat Magnesium:
• Magnesium membantu menjaga fungsi otot dan syarat yang normal.
• Magnesium mempertahankan ritme jantung hingga menjadi stabil.
• Magnesium membantu penguatan tulang.
• Magnesium dapat menghambat penumbuhan kanker otak
• magnesium dapat mengobati sakit asma akut.
• Magnesium berfungsi dalam metabolisme energi dan sintesa protein.
• Magnesium dapat mengobati migren, gangguan fungsi ginjal dan prostat,
memulihkan kesegaran dan stamina tubuh, serta memulihkan gairah seksual.
• Magnesium berfungsi sebagai zat yang membentuk sel darah merah berupa zat pengikat oksigen dan hemoglobin.
• Digunakan sebagai pupuk.
Bila Kekurangan Magnesium:
• Menyebabkan peningkatan kadar adrenalin,menimbulkan perasaan cemas.
• Menyebabkan penyembulan katup mitral, meningkatkan tingkat perasaan cemas.
• Kehilangan nafsu makan
• Depresi
• Menyebabkan darah tinggi dan osteoporosis
• Kontraksi otot serta kram
• Kejang koroner
7. Siklus Karbon
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan
antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis
lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun
hingga kini belum diketahui) (Janzen, 2004).
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan
oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer,
biosfer teresterial (biasanya termasuk pula freshwater system dan
material non-hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan
(termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan
non-hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahuan
karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses
kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan
mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun
demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang
lambat dengan atmosfer. Neraca karbon global adalah kesetimbangan
pertukaran karbon (antara yang masuk dan keluar) antar reservoir karbon
atau antara satu putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya
atmosfer - biosfer). Analisis neraca karbon dari sebuah kolam atau
reservoir dapat memberikan informasi tentang apakah kolam atau reservoir
berfungsi sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon dioksida
(Houghton, 2005).
Siklus nitrogen merupakan siklus biogeokimia yang menggambarkan
transformasi nitrogen dan senyawa yang mengandung-nitrogen dalam alam.
Ini merupakan siklus gas. Atmosfer bumi sekitar 78% merupakan nitrogen,
ini menjadikannya kolam nitrogen terbesar. Nitrogen merupakan unsur yang
penting untuk beberapa proses biologis; dan sangat penting untuk
kehidupan di bumi. Unsur ini dalam semua asam amino, bergabung ke dalam
protein, dan sekarang ini dalam basis pembuatan asam nukleat, seperti
DNA dan RNA. Pada tanaman, banyak dari nitrogen yang digunakan dalam
molekul klorofil yang penting untuk fotosintesis dan pertumbuhan
selanjutnya (Smil, 2000).
Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen
bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil
akar (misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen
bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan
kilat/ petir. Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa
amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- ). Beberapa
bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar
tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri
dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni
Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat
anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat
nitrogen (Vitousek, Aber, Likens, Schindler, Schlesinger dan Tilman,
1997).
Siklus oksigen merupakan siklus biogeokimia yang menggambarkan gerakan
oksigen dalam dan antara tiga utama: atmosfer, biosfer, dan litosfer.
Faktor pengemudi utama dari siklus oksigen adalah fotosintesis, yang
bertanggung jawab terhadap atmosfer bumi modern dan kehidupan seperti
yang kita ketahui. Karena jumlah oksigen sangat banyak dalam atmosfer,
bahkan jika semua fotosintesis untuk menghentikannya mengambil antara
5,000 sampai 2,4 juta tahun (referensi tidak diketahui) untuk
mengosongkan semua oksigen (Millero, 2005).
8. Kandungan Mineral
Air laut memiliki khasiat yang baik bagi tubuh dan kecantikan kulit. Ion
dan mineral yang terkandung di dalamnya berupa mineral seperti
magnesium, potasium, kalsium sulfat, dan sodium memiliki manfaat, di
antaranya:
• Melancarkan sirkulasi darah.
• Memperkuat otot jantung.
• Melancarkan sistem pernapasan.
• Meningkatkan produksi sel darah merah.
• Menyehatkan dan menutrisi kulit tubuh sehingga lebih bercahaya.
Karena itulah, mulai dikenal terapi air laut yang disebut
Thallasotherapy, yang merangkum semua manfaat air laut dalam bentuk
relaksasi, revitalisasi tubuh, sekaligus peremajaan kulit. Selebriti
dunia yang menggemari terapi ini adalah Jennifer Lopez dan Joan Collins.
B. JURNAL : KADAR FOSFAT, NITRAT DAN SILIKAT KAITANNYA DENGAN KESUBURAN
DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR. (Marojahan Simanjuntak)
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.
Secara keseluruhan hasil pengamatan kadar fosfat, nitrat dan silikat di
Delta Mahakam masing-masing berkisar antara 0,40-8,08 µg A/l dengan
rata-rata 1,34 µg A/l ; 5,52-7,96 µg A/l dengan rata-rata 6,57 µg A/l
dan 27,74-99,80 µg A/l dengan rata-rata 69,64 µg A/l dan di lepas pantai
(laut) masing-masing berkisar antara 0,32-0,96 µg A/l dengan rata-rata
0,67 µg A/l ; 0,32-1,10 µg A/l dengan rata-rata 0,62 µg A/l dan
2,10-5,81 µg A/l dengan rata-rata 3,73 µg A/l.
Tabel 1. Rata-rata kadar beberapa parameter kimia air laut pada lapisan permukaan di perairan
Delta Mahakam, Kalimantan Timur, September 2003.
Lokasi Fosfat (µg A/l) Nitrat (µg A/l) Silikat (µg A/l)
Delta dan muara sungai
Min 0,40 5,52 2,10
Max 8,08 7,96 99,80
Rata2 1,34 6,57 69,64
Laut
Min 0,32 0,32 2,10
Max 0,96 1,10 5,81
Rata2 0,67 0,62 3,73
Rata-rata keseluruhan
Min 0,36 2,92 2,10
Max 4,52 4,53 52,81
Rata2 1,01 3,60 36,69
Fosfat
Kadar fosfat di lapisan permukaan di perairan Delta Mahakam, Kalimantan
Timur berkisar antara 0,40-8,08 µg A/l dengan rata-rata 1,34 µg A/l.
Variasi kadar fosfat pada lapisan permukaan terlihat meragam di semua
stasiun penelitian, namun secara keseluruhan kadar fosfat di perairan
ini masih normal untuk wilayah tropis. Kadar fosfat di lapisan permukaan
yang terendah (0,40 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 15 dan kadar fosfat
yang tertinggi (8,08 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 12. Kadar fosfat di
lepas pantai (laut) berkisar antara 0,32-0,96 µg A/l dengan rata-rata
0,67 µg A/l. Kadar fosfat di lepas pantai (laut) yang terendah (0,32 µg
A/l) diperoleh pada Stasiun A dan kadar fosfat yang tertinggi (0,96 µg
A/l) diperoleh pada Stasiun B (Tabel 1). Dari pola sebaran terlihat
kadar fosfat yang rendah pada lapisan permukaan di lepas pantai (laut)
Kalimantan Timur dan yang tertinggi diperoleh di dekat pantai dan delta
Mahakam (Gambar 2). Rendahnya kadar fosfat di lapisan permukaan di lepas
pantai (laut) pada Stasiun A (0,32 ml/l) dipengaruhi percampuran massa
air laut yang masuk dari lepas pantai dengan kadar fosfat yang lebih
rendah dengan kadar fosfat yang berada di muara Delta Mahakam,
Kalimantan Timur. Sedangkan tingginya kadar fosfat di lokasi dekat dan
lepas pantai kemungkinan disebabkan arus dan pengadukan (turbulence)
massa air yang mengakibatkan terangkatnya kandungan fosfat yang tinggi
dari dasar ke lapisan permukaan.
Gambar 2. Distribusi fosfat (µg A/l) di lapisan permukaan (0 meter) perairan
Delta Mahakam, Kalimantan Timur, September 2003
Informasi tingkat kesuburan perairan ditinjau dari kandungan zat hara di
perairan dangkal belum diperoleh angka yang baku karena dipengaruhi
kondisi perairan dan bervariasi dalam dimensi ruang dan waktu (Anonimus
1985). Namun Joshimura dalam Liaw (1969) mengklassifikasikan tingkat
kesuburan perairan dalam Tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Tingkat kesuburan menurut Joshimura dalam Liaw (1969).
Fosfat (µg A/l) Tingkat Kesuburan
0 – 0,06 Kurang subur
0,07 – 1,61 Cukup subur
1,62 – 3,23 Subur
> 3,23 Sangat subur
Ditinjau dari kadar zat hara fosfat di perairan ini, dapat dikatakan
bahwa perairan ini relatif subur karena masih berada pada kisaran zat
hara fosfat di perairan laut yang normal yaitu 0,10–1,68 µg A/l
(Sutamihardja, 1978). Menurut Joshimura (dalam Liaw, 1969) tingkat
kesuburan perairan dapat ditinjau dari kadar fosfat dalam suatu perairan
dengan kisaran 0,07–1,61 µg A/l adalah kategori perairan cukup subur,
sedangkan pada beberapa perairan seperti di perairan Teluk Penghu dan
Selat Taiwan, merupakan daerah budidaya (oyster) dengan kadar fosfat
yang berkisar antara 0,08–1,20 µg A/l (Liu. K. K & Fang, L. S,
1986), sehingga bila ditinjau dari kadar fosfat yang merupakan salah
satu indikator kesuburan, maka perairan Teluk Klabat masih baik untuk
peruntukan budidaya perikanan. Kadar fosfat yang baik untuk budidaya
kerang hijau dan kerang bulu berkisar antara 0,5–1,0 µg A/l. Untuk
budidaya tiram berkisar antara 0,5–3,0 µg A/l sedangkan untuk budidaya
beronang, kakap dan kerapu berkisar antara 0,2–0,5 µg A/l (Baku Mutu Air
Laut Departemen Pertanian dalam KLH, 1984).
Nitrat
Kadar nitrat di lapisan permukaan di perairan Delta Mahakam, Kalimantan
Timur berkisar antara 5,52-7,96 µg A/l dengan rata-rata 6,57 µg A/l.
Variasi kadar nitrat pada lapisan permukaan terlihat meragam di semua
stasiun penelitian, namun secara keseluruhan kadar nitrat di perairan
ini masih normal untuk wilayah tropis. Kadar nitrat di lapisan permukaan
yang terendah (5,52 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 15 dan kadar nitrat
yang tertinggi (7,96 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 16. Kadar nitrat di
lepas pantai (laut) berkisar antara 0,32-1,10 µg A/l dengan rata-rata
0,62 µg A/l. Kadar nitrat di lepas pantai (laut) yang terendah (0,32 µg
A/l) diperoleh pada Stasiun C dan kadar nitrat yang tertinggi (1,10 µg
A/l) diperoleh pada Stasiun D (Tabel 1). Dari pola sebaran menunjukkan
kadar nitrat yang rendah (0,32 ml/l) pada lapisan permukaan di lepas
pantai (laut), Kalimantan Timur dan yang tertinggi (7,96 ml/l) diperoleh
di dekat pantai dan delta Mahakam. Rendahnya kadar nitrat di lapisan
permukaan pada Stasiun C yang terletak di lepas pantai mengindikasikan
massa air laut tersebut mengandung kadar fosfat yang rendah yang berasal
dari massa air laut Selat Makassar. Sedangkan kadar nitrat yang tinggi
di delta Mahakam diperoleh di Stasiun 16 yaitu di Muara Kaek yang
merupakan daerah akumulasi limbah organik dari daratan (Gambar 3).
Liu & Fang 1986, menyatakan perairan Teluk Penghu dan Selat Taiwan,
merupakan daerah budidaya (oyster) dengan kadar nitrat berkisar antara
dan 0,08–1,80 µg A/l, sehingga bila ditinjau dari kadar nitrat yang
merupakan salah satu indikator kesuburan, maka perairan Delta Mahakam,
Kalimantan Timur masih baik untuk peruntukan budidaya perikanan. Kadar
nitrat yang baik untuk budidaya kerang hijau dan kerang bulu berkisar
antara 2,5–3,0 µg A/l. Untuk budidaya tiram berkisar antara 1,5–3,0 µg
A/l sedangkan untuk budidaya beronang, kakap dan kerapu berkisar antara
0,9–3,2 µg A/l (Baku Mutu Air Laut Departemen Pertanian dalam KLH,
1984). Namun dari data yang diperoleh, ternyata hanya kadar fosfat yang
cocok untuk budidaya tiram sedangkan kadar nitrat tidak memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh Baku Mutu tersebut. Hal ini mungkin
disebabkan kadar nitrat sangat dipengaruhi kondisi perairan dan
bervariasi dalam dimensi ruang dan waktu, namun telah diperoleh kondisi
luwes untuk kadar fosfat dan nitrat dalam suatu peruntukan budidaya
perikanan dalam suatu perairan (KMN-LH, 1988).
Silikat
Kadar silikat di lapisan permukaan di perairan Delta Mahakam, Kalimantan
Timur berkisar antara 27,74-99,80 µg A/l dengan rata-rata 69,64 µg A/l.
Variasi kadar silikat pada lapisan permukaan terlihat meragam di semua
stasiun penelitian, namun secara keseluruhan kadar silikat di perairan
ini masih normal untuk wilayah tropis (Tabel 1). Kadar silikat di
lapisan permukaan yang terendah (27,74 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 12
dan kadar silikat yang tertinggi (99,80 µg A/l) diperoleh pada Stasiun
13. Kadar silikat di lepas pantai (laut) berkisar antara 9,12-13,39 µg
A/l dengan rata-rata 10,51 µg A/l. Kadar silikat di lepas pantai (laut)
yang terendah (2,10 µg A/l) diperoleh pada Stasiun C dan kadar silikat
yang tertinggi (5,81 µg A/l) diperoleh pada Stasiun A (Tabel 1). Dari
pola sebaran terlihat kadar silikat yang rendah (2,10 µg A/l) pada
lapisan permukaan di lepas pantai (laut) dan yang tinggi (99,80 µg A/l)
pada Stasiun 13 di lokasi tengah Delta Mahakam, Kalimantan Timur (Gambar
4). Rendahnya kadar silikat di lapisan permukaan pada Stasiun C massa
air laut tersebut mengandung kadar silikat yang rendah yang berasal dari
massa air Selat Makassar. Sedangkan tingginya kadar silikat di lokasi
tengah Delta Mahakam, Kalimantan Timur kemungkinan disebabkan pengaruh
daratan yang lebih dominan menyumbang kandungan silikat ke perairan ini.
Kadar zat hara fosfat, nitrat dan silikat di perairan ini lebih besar
bila dibandingkan dengan perairan Kuta-Lombok Selatan dengan kisaran
0,42-1,11 dan 0,11-0,39 µg A/l (Muchtar, 1994). Perbedaan ini disebabkan
karena perairan Kuta-Lombok Selatan tidak dipengaruhi oleh
sungai-sungai yang banyak membawa zat hara ke perairan tersebut. Namun
kadar zat hara di perairan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan
perairan Teluk Jakarta masing-masing dengan kisaran 0,20-0,90 dan
0,02-2,68 µg A/l (Ilahude dan Lia Saputra, 1980) dan di perairan Cilacap
dengan kisaran 0,08-4,82 dan 0,08-5,66 µg A/l (Winata & Muchtar,
1984). Kondisi ini mungkin disebabkan banyaknya limbah organik yang
dibuang ke Teluk Jakarta dan serasah mangrove yang diuraikan oleh
bakteri menjadi zat hara.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%),
natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%)
dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam
borak, strontium dan florida.
- Senyawa Klorida 55%wt, Senyawa sulfat 7,7%wt, Sodium 30,6%wt,
Calcium 1,2%wt, Potassium 1,1%wt, Magnesium 3,7 %wt, Lain-lain 0,7%wt.
Keseluruhan merupakan komponen penyusun senyawa ion yang memiliki fungsi
disetiap kadar yang ada.
- Kualitas perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur ditinjau dari
kandungan zat hara fosfat, nitrat dan silikat masih baik untuk
peruntukan budidaya biota laut.
B. SARAN
Saran yang dapat kami ajukan dalam makalah ini adalah sebaiknya
pembuatan makalah ini disertai dengan praktikum secara langsung di
lapangan, agar akan didapatkan data yang lebih akurat dan memberikan
pelajaran tersendiri bagi mahasiswa guna mengenal lebih dekat senyawa
penyusun air laut.
DAFTAR PUSTAKA
http://ulifa2008.wordpress.com/2010/04/05/laut-kaya-magnesium/
http://putramahadewa.wordpress.com/2010/06/01/fosfat/
http://www.google.co.id/#sclient=psy&hl=id&q=fosfat+dalam+air+laut&aq=f&aqi=&aql=&oq=&psj=1&fp=f3a0f2fd95c9518e
http://www.google.co.id/#sclient=psy&hl=id&q=kandungan+bikarbonat+dalam+air&aq=f&aqi=&aql=&oq=&psj=1&fp=f3a0f2fd95c9518e
http://www.google.co.id/#sclient=psy&hl=id&q=kandungan+mineral+dalam+air&aq=f&aqi=&aql=&oq=&psj=1&fp=f3a0f2fd95c9518e
http://masantos.wordpress.com/2007/02/28/kualitas-air-dalam-budidaya-laut/
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/02/sistem-karbonat-air-laut.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Air_laut
http://www.fpik.undip.ac.id/perikanan/library/index.php?p=show_detail&id=55
Home »
artikel
,
budi daya perairan
,
kuliah
,
perikanan
» SENYAWA DALAM LAUT : Menjawab Pertanyaan "Kenapa Air Laut Asin?"
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !